TEATER
ARJA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
pada mata pelajaran Seni Musik
Disusun Oleh :
1.
Yuyun Sefia Mustaqfiroh (36)
SMA NEGERI 1
JATINOM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Di
Bali terdapat beberapa bentuk dramatari, dalam arti pergelaran tari yang
membawakan suatu cerita (lakon). Masing-masing dramatari yang ada di Bali tentu
mempunyai perbedaan-perbedaan yang bisa dilihat seperti cara penyajian, fungsi,
lakon yang dimainkan maupun perlengkapan serta peran yang ada didalamnya. Salah
satu dramatari tersebut adalah Arja. Dramatari Arja adalah perpaduan antara
drama, tari dan musik yang saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan, yang
menjadi suatu bentuk tontonan yang menyatu (Dibia, 1992:4). Pemainyang
berakting dengan jalan, menari, dan menyangi yang mengikutiirama musiknya yang
bernama musik geguntangan. Dismaping itu ada juga yang menggunakan
dialog-dialog lain yang diucapkan dalam bahasa Kawi maupun bahasa Bali.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teater Arja
Salah satu jenis seni di Bali yang
masih digemari oleh masyarakat Bali adalah Arja, jenis seni ini termasuk
berbentuk teater. Bagaimana sesungguhnya teater ini memperoleh penamaannya
tidak begitu diketahui, tetapi dugaan adalah dari ungkapan bahasa Sansekerta
“reja” yang kemudian mendapat awalan “a” sehingga menjadi “areja” dan akhirnya
berubah menjadi Arja yang berarti keindahan atau mengandung keindahan. Ungkapan
inilah yang hingga saat ini digunakan untuk menamakan bentuk teater Arja
seperti yang kita lihat sekarang.
Sebagai suatu bentuk teater Arja
merupakan seni teater yang sangat kompleks karena merupakan perpaduan dari
berbagai jenis kesenian yang hidup di Bali, seperti seni tari, seni drama, seni
vokal, seni instrumentalia, puisi, seni peran, seni pantomim, seni busana, seni
rupa dan sebagainya. Semua jenis seni yang bersatu dalam Arja dapat saling
menyatu dan padu, sehingga satu sama lain tidak saling merugikan.
Perpaduan ini amat menyatu dan padu,
seperti halnya seni suara yang bertangga nada slendro/pelog menjadi tembang
yang sangat merdu dan menarik, sedangkan sebagai pendukung dan penagasan
ceritera dilakukan melalui monolog dan dialog.
Sesungguhnya Arja adalah perpaduan
antara dua pendukung teater, yaitu gagasan yang datang dari para pendukung
(pemain) dan penonton.
Sebagai suatu bentuk total teater,
Arja ini sangat komunikatif dengan masyarakat penikmatnya. Untuk daerah Bali
hal ini tidak mengherankan karena memang demikian adanya, sebagaimana dengan
berbagai bentuk kesenian lainnya. Yang sangat unik adalah keterlibatan penonton
dengan teater di Bali. Penonton sejak mulai pertunjukan seolah-olah sudah
menentukan keberhasilan suatu pertunjukan melalui sikap yang mereka lakukan
sebagai reaksi atas ungkapan yang dilontarkan pemain atau pelakon saat mereka
bermain.
Dari perkembangan selama ini dapat
dikatakan bahwa Arja masih sangat populer di masyarakat Bali, seperti dapat
dilihat pada kemaunan masyarakat untuk berbondong-bondong meramaikan festival
yang diadakan setiap tahun hingga saat ini.
Secara sepintas maka dapat dikatakan
bahwa Arja di Bali masih tersebar di banyak wilayah, seperti Bangli, Klungkung,
Gianyar, Anlapura, Badung, Tabanan, Jembrana, hingga Singaraja.
B.
Sejarah Perkembangan Teater Arja
Arja diduga berkembang sejak sekitar
tahun 1814, yaitu pada pemerintahan I Dewa Gde Sakti di Puri Klungkung, saat
diadakannya upacara Pelebon yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Karangasem. Upacara
Pelebon besar-besaran ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk raja-raja
seluruh Bali. Pada saat itu atas prakarsa I Dewa Agung Mangis asal Gianyar dan
Dewa Agung Jambe digelarkan untuk pertama kalinya Arja.
Ketika itu Arja dikenal dengan nama
Dadap dan lakon yang dipertunjukkan adalah Limbur. Dadap adalah nama sejenis
pohon dan juga berarti perisai. Pohon Dadap adalah kayu sakti, sebagai lambang
pembersihan atau alat penyucian yang harus ada dalam setiap upacara di Bali.
Waktu itu Arja digelar dengan tata
cara wayang lemah untuk upacara pelebon, dengan memakai dahan dadap sebagai
tiang kelir. Sejalan dengan wayang lemah maka tokoh-tokoh Arja pun dibagi
menjadi dua golongan, yaitu golongan yang baik dan yang buruk.
Tembang Arja adalah tembang
Lelawasan, sejenis kidung atau tembang Gambuh. Arja tidak menggunakan gamelan
dan semua tokoh diperankan oleh pria, sehingga di Singaraja dan Gianyar disebut
Arya Doyong.
Menurut mereka yang mengetahui, sejak
itu Arja menyebar ke seluruh Bali.
C.
Fase-Fase Perkembangan Teater Arja
Tiga fase penting dalam perkembangan
Arja adalah:
1.
Arja Doyong
Arja tanpa iringan gamelan,
dimainkan oleh satu orang).
2.
Arja Gaguntangan
Mememakai gamelan Gaguntangan
dengan jumlah pelaku lebih dari satu orang.
3.
Arja Gede
Dibawakan oleh antara 10
sampai 15 pelaku dengan struktur pertunjukan yang sudah baku seperti yang ada
sekarang).
Gamelan yang biasa dipakai mengiringi
Arja disebut Gaguntangan
yang bersuara lirih dan merdu sehingga dapat menambah keindahan tembang yang
dilantunkan oleh para penari
D.
Unsur-Unsur Teater Arja
Sumber lakon Arja yang utama adalah
cerita Panji (Malat), kemudian lahirlah sejumlah cerita seperti Bandasura,
Pakang Raras, Linggar Petak, I Godogan, Cipta Kelangen, Made Umbara, Cilinaya
dan Dempu Awang yang dikenal secara luas oleh masyarakat.
Arja juga menampilkan lakon-lakon
dari cerita rakyat seperti Jayaprana, Sampik Ingtai, Basur dan Cupak Grantang
serta beberapa lakon yang diangkat dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Lakon
apapun yang dibawakan Arja selalu menampilkan tokoh-tokoh utama yang meliputi
Inya, Galuh, Desak (Desak Rai), Limbur, Liku, Panasar, Mantri Manis, Mantri
Buduh dan dua pasang punakawan atau Panasar kakak beradik yang masing - masing
terdiri dari Punta dan Kartala. Hampir semua daerah di Bali masih memiliki
grup-grup Arja yang masih aktif.
Menjelang berakhirnya abad XX lahir Arja Muani,
pemainnya semua pria, sebagian memerankan wanita. Arja ini disambut dengan
sangat antusias oleh masyarakat karena, menghadirkan komedi segar
E.
Fungsi Teater Arja
Menurut fungsinya Arja digolongkan
ke dalam kelompok Tari Balih-balihan. Sebagai suatu bentuk teater Arja
dipengaruhi oleh Gabuh dan mempunyai uger-uger atau pola yang mencerminkan
zaman Puri.
Arja menyajikan ceritera kerajaan
dan perwatakannya sangat dipengaruhi oleh adanya kasta. Arja berfungsi sebagai
hiburan bagi masyarakat yang berperan serta dalam berbagai upacara keagamaan,
kemudian juga berkembang untuk kepentingan amal, hiburan di pasar malam dan
kepentingan lainnya.
Sebagai suatu pertunjukan Arja
mempunyai makna juga untuk pendidikan. Biasanya masyarakat sesudah menonton
Arja berhari-hari akan menirukan nyanyian dan lelucon yang ditampilkan oleh
kelompok yang baru saja mereka lihat. Gerakan-gerakan lucu atau ungkapan
tentang kejadian-kejadian yang menggelitik akan mereka ulangi dalam pergaulan
sehari-hari. Dengan demikian Arja merupakan suatu medua komunikasi yang sangat
ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan.
Ceritera-ceritera Arja sangat
beragam, dari Ceritera Panji, Ceritera Rakyat, Ceritera Mahabarata, Ramayana
dan sebagainya berkembang sampai ceritera-ceritera keseharian, semuanya dapat
dijala dan dijalin menjadi suatu pertunjukan yang sekaligus seni, yang dapat
membuat orang sejenak melupakan segala permasalahan keluarga, pekerjaan dan
lainnya yang dialami pada siang hari sebelumnya.
F. Pementasan
Teater Arja
BAB III
KESIMPULAN
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat balas jasa secara langsung.
Dalam istilah bahasa Arab, pajak dikenal dengan nama
Adh-Dharibah atau bisa juga disebut Al-Maks, yang artinya adalah ; “Pungutan
yang ditarik dari rakyat oleh para penarik pajak.”
Pajak
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara
untuk membiayai semua pengeluaran termasuk semua pengeluaran pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Bandem, I Made. 1983. Esiklopedi Tari Bali. ASTI Denpasar Gusfahmi,
2007, Pajak Menurut Syari’ah, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada
Gie, The Liang. 1996. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Pusat
Belajar Ilmu Berguna.
Wynn and Encore Casinos - Mapyro
BalasHapusWynn 강원도 출장마사지 and 공주 출장마사지 Encore 구리 출장마사지 Casinos - Mapyro งานออนไลน์ Hotels 광주광역 출장안마